
Toko Buku Sunari, Go Read!!!
Sinopsis:
Persinggungan
dengan Kanjeng Ratu Ageng, para ulama dan rakyat biasa, menorehkan
pengalaman batin yang lengkap bagi Raden Ontowiryo-kelak dikenal
sebagai Pangeran Diponegoro. Kanjeng Ratu Ageng menjadi patron
spiritualisme bagi Raden Ontowiryo dengan tokoh Arjunanya. Para ulama
memberi wawasan keislaman yang diharmonisasi dengan mistik Jawa dengan
Nabi Muhammad Saw. sebagai jalan tempuhnya. Dan rakyat biasa telah
menularkan kehalusan pekerti. Saat ketiganya berkelindan, justru ia
sering kali gamang melihat kenyataan penderitaan rakyat kian memuncak,
kekisruhan keraton yang semakin memudarkan karismanya, dan bau amis
darah yang semakin terasa dekat, sehingga tak memiliki ruang untuk
mencari pembenaran di hadapan Gusti Allah. Rentang 1800-1812 menjadi
masa kalabendu sekaligus akan mewujudnya ramalan Parang Kusumo dan Kanjeng Sunan Kalijogo di bumi Mataram.
Setelah
menjejak ziarah ke titik-titik penting sumber mistik Jawa, mengunjungi
sejumlah pesantren, Raden Ontowiryo memilih saling berhadapan dengan
pemerintah kolonial Belanda dan Keraton Yogya sebagai seteru. Sehingga
ketika Raden Ronggo Prawirodirjo III tokoh yang dikaguminya dgantung
di Pangurakan sebagai seorang pemberontak, Raden Ontowiryo datang untuk
menurunkan jenazahnya. Begitupun saat ayahandanya naik takhta, Raden
Ontowiryo senantiasa pasang badan. Titik-titik itulah yang menjadi
pusaran novel pertama dari Trilogi Pangeran Diponegoro ini yang akan mengantarkan pada Ramalan Parangkusumo : engkau sendiri hanya sarana, namun tidak lama, untuk disejajarkan dengan leluhur. Tentu di dalamnya tak terlepas dari asmara, perselingkuhan, rasa cemburu, sakit hati, simpul-simpul yang memerlukan jawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar